Senin, 04 Juli 2011

PENYAKIT PROSTAT - PENANGANAN PEMBESARAN PROSTAT JINAK


Penyakit Prostat – Pembesaran Prostat Jinak atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah suatu pembesaran prostat yang disebabkan bertambahnya struktur kelenjar dan jaringan ikat. Merupakan proses yang normal terjadi pada pria usia lanjut, sesuai dengan bertambahnya usia. Lebih kurang 10% pria usia 40 tahun, 35% usia 50 tahun 70% usia 70 tahun dan lebih 90% pria usia 80 tahun akan mengalami penyakit prostat atau pembesaran prostat jinak. Salah satu teori yang menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah pengaruh hormon testosteron yang diubah menjadi dihidrotestosteron di sel prostat.
Gejala klinis yang timbul berupa LUTS ( Lover Urinary Tract Symtoms ) yaitu :
1. Iritatif
  •  Nochturia, kencing malam hari > 1x
  •  Frekuensi, kencing > 8x
  •  Urgency rasa terdesak ingin kencing
2. Obstructive
  •  Pancaran kencing lemah
  •  Harus mengedan saat kencing
  •  Rasa tidak lampias setelah kencing
  •  Harus menunggu bila ingin kencing
Pemeriksaan yang akan dilakukan untuk menangani penyakit prostat adalah :
  • Riwayat penyakit, dokter akan menilai ringan beratnya penyakit dengan menggunakan scoring.
  •  Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai perkiraan besarnya prostat dan deteksi dini adanya kanker prostat.
  •  Transrectal Ultrasound, mengukur volume prostat secara lebih akurat, dan melihat adanya tanda-tanda kanker prostat.
  •  Uroflowmetry, pemeriksaan pancaran kencing untuk melihat sampai sejauh mana sumbatan saluran kemih akibat pembesaran prostat.
Terapi pada penderita BPH tergantung dari berat ringannya penyakit
  •  Bila ringan akan dilakukan observasi.
  •  Bila sedang/berat dengan obat-obatan.
  •  Bila sudah timbul komplikasi seperti retensi urin, infeksi saluran kemih berulang, hematuria berulang, batu buli, gangguan anatomi kandung kencing & gangguan ginjal atau gagal setelah pengobatan, harus dilakukan tindakan operasi.
Obat-obatan
Penanganan dengan obat-obatan ditujukan kepada penderita yang moderat dan berat, yang sudah merasa terganggu dengan kelainan yang timbul. Obat-obatan tidak ditujukan pada penderita yang telah mengalami komplikasi seperti penderita yang pernah mengalami kondisi dimana penderita tidak bisa berkemih, adanya batu kandung kemih dan gangguan fungsi ginjal. Pada penderita yang karena kondisinya tidak memungkinkan untuk dioperasi, atau menolak untuk dilakukan tindakan bedah, penanganan dengan obat-obatan juga salah satu pilihan.
Tindakan Bedah Minimal Invasif
1. Transurethral needle ablation (TUNA)
2. Transurethral microwave thermotherapy (TUMT)
3. Ablasi dengan menggunakan laser
Indikasi dilakukannya tindakan bedah minimal invasive adalah penderita PPJ yang moderat atau berat yang keluhannya sudah mengganggu  penderita, gagal dengan obat-obatan, retensi urin, dan penderita yang tidak bisa dilakukan tindakan pembedahan, seperti menderita penyakit jantung yang beresiko untuk dilakukan operasi.
Tindakan Pembedahan
Tindakan pembedahan ditujukan kepada penderita PPJ dengan komplikasi, termasuk kondisi tidak bisa berkemih, infeksi saluran kemih berulang, kencing berdarah, batu kantung kemih, dan gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh PPJ.
Tindakan pembedahan yang sering dilakukan untuk penyakit prostat adalah :
a. Prostatektomi terbuka
prostatektomi terbuka adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengeluarkan jaringan prostat, dengan melakukan sayatan pada perut bawah. Biasanya dilakukan pada prostat yang sangat besar, atau pada penderita PPJ yang disertai batu kantung kemih yang besar.
b. Transurethral resection of the prostate (TURP)
TURP adalah tindakan bedah minimal invasive yang paling efektif saat ini untuk penanganan PPJ. TURP dilakukan untuk membuat jaringan prostat yang menyumbat saluran kemih bagian bawah. Tindakan TURP membutuhkan perumahan di rumah sakit 3-5 hari. Sebelum operasi dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan PSA untuk skrining kanker prostat, rekam jantung, foto dada, untuk menilai kelayakan pasien untuk menjalani operasi. Sebelum tindakan dilakukan pembiusan regional (spinal). Dokter urologi akan memasukkan alat endoskopi kedalam uretra (saluran kencing) untuk melakukan pembuangan jaringan prostat. Proses operasi akan berlangsung kurang lebih 1 jam. Setelah operasi pasien akan dipasang kateter uretra selama 3-5 hari atau akan dilepas bila urin telah jernih setelah pasien mobilisasi.
Komplikasi setelah Operasi :
1. Perdarahan kecil
2. Infeksi saluran kencing namun akan diberikan antibiotik untuk menangani infeksi ini.
3. Inkontinen (ngompol) dapat terjadi sementara
4. Disfungsi ereksi yang bersifat sementara
5. Retrograd ejakulasi, saat ejakulasi volume cairan semen yang keluar sedikit atau tidak keluar sama sekali.
6. Striktur uretra, penyempitan saluran kencing bagian bawah.
Dr. Mahatma Putra, SpU
(Dokter Spesialis Bedah Urologi)

PENGOBATAN BATU GINJAL - APAKAH SAKIT GINJAL GEJALA PENYAKIT GINJAL???


Pengobatan batu ginjal dan gejala penyakit ginjal seringkali simpang siur. Mendengar kata ”Batu Ginjal”, membayangkan sakit pinggang dan kesulitan pada saat buang air kecil. Sehingga, banyak kita sedikit khawatir dan bila tidak ada keluhan, berarti tidak mungkin ada batu ginjal. Pendapat yang keliru ini kadang membuatpengobatan batu ginjal lebih sulit, dan seringkali disertai dengan berbagai komplikasi, bahwa kadang ditemukan ginjal yang sudah tidak berfungsi dengan baik.
Penyakit batu ginjal merupakan gangguan kesehatan yang relatif mudah dilacak. Menurut Dr. med. Halim, SpUU, ahli urologi dari rumah sakit Mitra Kemayoran Jakarta, menjelaskan sakit dan pegal-pegal pada pinggang memang tidak terlalu menandakan adanya batu ginjal. Untuk mengetahui ada tidaknya batu ginjal, pemeriksaan darah dan air seni saja tidak cukup. Karena untuk mendeteksi batu ginjal perlu pemeriksaan tambahan, seperti halnya USG atau Rontgen.
Pemeriksaan USG
Sakit dan pegal-pegal dipinggang memang patut dicurigai sebagai gejala awal sakit batu ginjal. Namun, menurut Dr.med. Halim, SpBU, penyakit batu ginjal tidak selalu bisa diketahui penyebabnya. Faktor kelainan metabolisme dalam tubuh merupakan salah satu faktor penyebab. Faktor keturunan dapat berpengaruh, namun seorang ayah yang memiliki riwayat penyakit batu ginjal tidak selalu anaknya juga akan mengalami penyakit sama. Namun, jika diketahui salah seorang anggota keluarga memiliki riwayat penyakit batu ginjal memang disarankan anggota keluarga lainnya waspada dan memeriksakan diri.
Mitos sekitar batu ginjal
Faktor makanan sering dijadikan mitos, katanya ada makanan-makanan tertentu yang menyebabkan seseorang terkena batu ginjal. Pendapat ini tidak selalu benar. Mitos lain yang juga keliru adalah yang mengatakan adalah batu ginjal terjadi akibat suka menahan keinginan buang air kecil. Terbentuknya batu dalam ginjal tidak selalu ada kaitannya dengan menahan kencing, kecuali pada pasien usia lanjut dengan gangguan prostat yang mengakibatkan buang air kecil tidak tuntas, dapat merupakan faktor timbulnya batu kandung kemih.
Jenis batu ginjal
Faktor penyebab lain yang mungkin berpengaruh adalah kurang minum. Hal ini dapat mengakibatkan konsentrasi zat-zat pembentuk batu, misalnya kalsium ,oksalat, fosfat, magnesium, dan lain-lain, menjadi tinggi dalam air seni. Batu ginjal sendiri ada bermacam-macam. Beberapa yang paling sering ditemui adalah batu kalsium oksalat, batu asam urat dan batu infeksi. Letak batu ginjal juga kan menentukan gejala yang dialami. Batu yang terletak didalam ginjal tidak akan terasa. Akan tetapi batu ginjal yang kecil saja namun keluar dari ginjal dan masuk dalam saluran kemih dapat mengakibatkan sakit pinggang yanghebat (kilik renal). Batu yang telah berada dikandung kemih akan mengakibatkan sakit setiap kali hendak buang air kecil, karena kemungkinan batunya ingin terbawa keluar tapi tidak bisa.
ESWL ( Tembak batu ginjal )
Apa yang harus dilakukan apabila ada dugaan penyakit batu ginjal? Tentu saja sebaiknya ditangani orang yang kompeten, yaitu dokter ahli Urologi. Urologi adalah spesialisasi kedokteran yang mengkhususkan diri pada ginjal dan saluran kemih serta organ reproduksi pria. Untuk memastikan dugaan batu ginjal, seseorang urolog bisa melakukan USG (Ultrasonography). Pemeriksaan menggunakan USG adalah pemeriksaan awal yang memungkinkan mengetahui ada batu atau tidak. Ada kalanya perlu pemeriksaan tambahan seperti rotgen. Apabila ternyata ditemukan batu ginjal, dokter akan menentukan tindakan terbaik yang akan dilakukan tergantung letak dan besar batu. Menurut Dr.med. Halim SpBU, batu ginjal yangrelatif kecil sering tidak memerlukan tindakan, cukup dengan obat saja, tetapi perlu kontrol rutin. Dewasa ini pilihan pengobatan batu ginjal juga semakin berkembang dan maju dengan hadirnya teknologi yang disebut ESWL ( Extra-corporeal Shock Wave Lithotripsy ), yaitu ” menembak” batu ginjal dari Luar tubuh menggunakan gelombang kejut. Hampir semua batu ginjal dengan ukuran tertentu bisa diatasi dengan tindakan ini, namun untuk batu ginjal yang berukuran agak besar terpaksa dilakukan penembakan berkali-kali.Untuk batu yang sudah keluar dari ginjal (batu ureter) selain tindakan ESWL dapat juga dilakukan penembakan dengan alat khusus yang disebut Lithoclast, batu yang terletak disaluran kemih bagian bawah (ureter distal), dapat dihancurkan dengan menggunakan alat tersebut.Untuk tindakan ini diperlukan pembiusan lokal.
Penembakan batu ginjal termasuk tindakan aman dan relatif tidak berisiko, karena dilakukan dari luar tubuh. Pasien tidak merasa apa-apa atau sedikit sakit, tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing. Tindakannya juga tidak memakan waktu lams dan tidak diperlukan persiapan khusus seperti halnya tindakan pembedahan . Pasca tindakan, sebagian pasien juga dapat segera pulang (One Day Care ). Tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu ginjal adalah tindakan terakhir yang hanya diambil dokter apabila tidak ada pilihan lain, misalnya batu ginjal atau batu ureter yang sudah terlalu besar. Bagi yang telah pernah mengalami penyakit batu ginjal, Dr. Med.Halim SpBU menyarankan untuk melakukan pemeriksaan USG minimal satu tahun sekali. Bila Anda merasakan salah satu keluhan diatas atau tanpa ada keluhan konsultasikan diatas atau tanpa ada keluhan konsultasikan dengan dokter urologi anda, untuk mengetahui lebih jelas apakah terdapat batu ginjal. Lebih awal batu ginjal diketahui akan lebih mudah pelaksanaannya dan tentu saja biaya yang lebih minimal. Saat ini pemeriksaan dan penembakan batu ginjal dengan sistim gelombang kejut telah banyak dilakukan dengan hasil yang memuaskan di RS Mitra Kemayoran , Jakarta. RS Mitra Kemayoran adalah rumah sakit yang memiliki alat ESWL ( tembak batu ginjal ) terbaru dengan tim dokter yang handal serta fasilitas yang canggih dan modern.
Dr. med. S. Halim, SpU
(Spesialis Bedah Urologi)

MENDETEKSI KANKER PAYU DARA DENGAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI


Apakah Mammografi Itu ?Mammografi adalah pemeriksaan menggunakan sinar rontgen dosis rendah, untuk melihat bagian dalam payudara.
Bagaimana Pemeriksaan Mammografi Dilakukan ?Pada pemeriksaan dilakukan oleh Radiografer wanita. Kami menganjurkan untuk tidak menggunakan deodorat atau bedak sebelum pemeriksaan. Untuk mendapatkan gambar yang baik, payudara anda akan dikompresi / di tekan sehingga mungkin menimbulkan sdikit rasa tidak nyaman. Kemudian foto akan dibaca oleh seorang Dokter Spesialis Radioogi yang kemudian dibuatkan laporan tertulis oleh dokter anda. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan lanjutan misalnya dengan USG payudara untuk memastikan benjolan terdiri dari jaringan padat atau cair serta Biopsi Aspirosi Jarum Halus (FNAB).
Mengapa Dilakukan Pemeriksaan Mammografi ?Saat ini kanker payudara menduduki urutan kedua terbanyak penyebab kematian pada wanita. Kanker payudara biasanya terjadi diatas usia 30 tahun, terbanyak usia 45 tahun ke atas. Lebih dari 80% kanker payudara ditemukan secara tidak sengaja oleh penderita sendiri atau pada waktu berkunjung ke dokter. Pencegahan kanker payudara dapat dilakukan secara dini dengan pemeriksaan Mammografi.
Kapan Sebaiknya Pemeriksaan Dini Dilakukan ?•    Wanita usia 35-39 tahun, sebaiknya melakukan pemeriksaan dasar.
•    Wanita usia 40-49 tahun, sebaiknya melakukan pemeriksaan setiap 1-2 tahun.
•    Wanita usia 50 tahun ke atas, sebaiknya melakukan pemeriksaan setiap tahun, walaupun tidak ada keluhan.
Bagaimana Bisa tejadi Kanker Payudara ?•    Adanya benjolan di payudara, yang biasanya tidak sakit, walaupun bisa juga terasa sakit.
•    Adanya pengeluaran cairan dari puting susu.
•    Puting susu yang tertarik di dalam.
•    Rasa sakit di payudara yang terus menerus.
•    Payudara mengeluarkan cairan (darah atau nanah).
•    Ada sejarah kanker payudara dalam anggota keluarga yang dekat (nenek, ibu, tante, saudara kandung).
•    Kelainan kulit diatas payudara yang menahun.
Dimana Dapat Melakukan Mammografi ?Pemeriksaan Mammografi dapat dilakukan di RS Mitra Kemayoran dengan menggunakan alat SENOGRAPHIE. Dengan cara pemeriksaan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi sebagai pemeriksaan pelengkap Mammografi, diperlukan terutama untuk membantu membedakan tumor jinak dengan tumor ganas, pada pasien usia muda (kelenjar payudara masih padat dan untuk membedakan lesi padat) dengan lesi kistik (cair).

PENYAKIT DEMAM BERDARAH - DBD


Penyakit demam berdarah atau sering disebut DBD sering ditemui di negara tropis. Penyakit demam berdarahsebenarnya dapat diatasi dengan perawatan yang tepat dan cepat. Berikut adalah tanya jawab mengenai penyakit demam berdarah
Pertanyaan :
Saya seorang ayah yang mempunyai 4 orang anak. Sekarang di Jakarta sedang terjangkit demam berdarah. Saya kuatir akan kesehatan anak – anak saya, karena mereka senang sekali bermain diluar rumah tanpa batas waktu. Baru – baru ini dilingkungan saya sudah ada seorang anak yang terjangkit demam berdarah tersebut. Terus terang saja, saya sangat awam dengan demam berdarah.
Yang saya tanyakan :1.    Apakah penyakit demam berdarah itu ? Bagaimana gejalanya2.    Siapa saja yang dapat terkena dan bagaimana cara penularannya?3.    Bagaimana cara mendeteksi dini gejala demam berdarah dan bagaimana pengobatannya?
4.    Cara apa saja yang bisa dilakukan untuk pencegahan penularannya? Apakah ada vaksin untuk demam berdarah?
LTK
Jl. Gading Riviera Kelapa gading.
Jawaban
1.    Demam berdarah atau lebih dikenal dengan DBD (Demam berdarah dengue) adalah penyakit demam akut yang ditandai dengan manifestasi perdarahan, jumlah trombositomenia), dan hemokonsentrasi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus.
Gejala penyakit DBD ini sangat bervariasi mulai dari yang palinh ringan sampai perdarahan fatal. Gejala DBD ini tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak – anak kecil biasanya berupa demam yang disertai dengan bintik – bintik merah pada kulit. Pada anak – anak yang lebih besar dan dewasa, biasa dimulai dengan demam ringan atau tinggi (>39 derajat C) yang tiba – tiba dan berlangsung selama 2-7 hari. Demam ini disertai juga bintik – bintik perdarahan ditenggorokan dan selaput bening mata.
2.    Penyakit ini dapat mengenai semua orang tetapi umumnya menyerang anak – anak, remaja, dan orang dewasa muda.
3.    Deteksi dini gejala DBD dilakukan oleh dokter secara klinis yang didasarkan adanya demam tinggi yang timbul mendadak, timbulnya bintik – bintik merah pada kulit (ruam petekial), dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah yang menunjukan trombositopenia, lekopenia, hemokonsentrasi dan pemeriksaan serologi untuk demam berdarah.
Bagian terpenting dari pengobatan adalah pengobatan suportif (pemberian cairan yang adekuat baik dalam bentuk cairan yang diminum langsung atau melalui pemberian infus). Penderita sebaiknya dirawat dirumah sakit untuk mencegah terjadinya syok yang dapat terjadi  secara cepat dan dapat berakibat fatal terutama pada anak – anak. Antibiotik diberikan bila ada infeksi sekunder.
4.    Pencegahan utama DBD ialah dengan melakukan 3M ( Menutup, Menguras bak air, Mengubur barang bekas yang dapat menjadi perindukan nyamuk), penggunaan kelambu dan obat anti nyamuk juga dianjurkan untuk mencegah gigitan nyamuk ini. Pengasapan bukanlah jalan terbaik karena hanya membasmi nyamuk dewasa saja.
Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk DBD ini.
Sekian dan terima kasih. Semoga jawaban saya dapat bermanfaat untuk Bapak dan pembaca.
Dr. Taswin Prawira, SpPD
(Spesialis Penyakit Dalam – RS Mitra Kemayoran)
(Disadur di Majalah Infokelapa Gading Edisi No. 80)

BEDAH THT - MENGGUNAKAN CELON RADIOFREQUENCY

Dengan makin berkembangnya ilmu dan teknologi,  maka berkembang juga piranti untuk tindakan bedah THT.
Alat yang dimiliki oleh RS Mitra Kemayoran adalah CELON-BIPOLAR RADIOFREQUENCY.  Dengan  alat Celon-Radiofrequency , yaitu  menggunakan  energi temperatur yang rendah yang dapat mengakibatkan terjadinya  koagulasi nekritik pada jaringan submukosa serta akhirnya terjadi pembentukan jaringan parut. Akibat itu semua akan terjadi penciutan  dan kekakuan pada jaringan yang dimaksud.
Alat radiofrekuensi  melalui jarum khusus disuntikkan kedalam jaringan yang akan diterapi, sehingga terjadi proses koagulasi dalam beberapa detik dan  pengerutan jaringan dalam beberapa waktu kemudian. Tindakan yang dapat dilakukan dengan alat Celon-Radiofrequency adalah :
1.    OPERASI TONSIL/ AMANDEL, dengan radiofrekuensi  tonsil tidak perlu diangkat tetapi cukup disuntik dengan jarum yang dihubungkan dengan alat radiofrekuensi. Keuntungan alat ini antara lain, tidak banyak mempengaruhi fungsi tonsil sebagai alat pertahanan tubuh, perdarahan sangat  minimal atau hampir tidak ada, dilaksanakan hanya dalam beberapa detik atau sangat cepat, dapat dengan  bius local kecuali pada anak yang belum kooperatif, tidak perlu rawat inap, dan rasa nyerinya sangat kurang karena tidak ada luka operasi yang terbuka.
2.    OPERASI UNTUK MENGATASI NGOROK/SNORING. Alat Celon-Radiofrequency  ini dapat digunakan untuk memperkecil dan mengeraskan  langit-langit lunak sebagai penyebab terbanyak dari ngorok. Pada orang dewasa cukup rawat jalan saja dengan bius local. Cara ini relatif sederhana,  resiko kecil dan ekonomis dibanding  teknik lain. Lidah yang besar dan tebal dapat sebagai penyebab ngorok, dan dengan alat Celon-Radiofrequency dapat dilakukan tindakan suntikan memperkecil lidah. Operasi lidah perlu rawat inap beberapa hari untuk observasi kemungkinan lidah membengkak sesudah operasi. Resikonya relatif sangat rendah dibanding dengan teknik lain.
3.    OPERASI TURBIN/ KONKA  HIDUNG YANG MEMBESAR/HIPERTROFI. Akibat dari konka yang besar adalah tersumbatnya hidung, biasanya pada pasien alergi atau infeksi kronik. Hidung tersumbat akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan juga sebagai salah satu penyebab ngorok/snoring. Dengan menggunakan Celon-Radiofrequency konka yang besar dapat dikecilkan hanya dengan menggunakan suntikan dalam beberapa detik pada konka. Dalam beberapa lama kemudian konka akan mengecil dan hidung menjadi lega untuk bernapas. Keuntungan alat ini adalah: tidak perlu dirawat, perdarahan minimal, hidung tidak perlu disumbat sehingga sesudah diterapi langsung dapat bernapas seperti biasanya.
PENYULIT ATAU KOMPLIKASI  Celon-Radiofrequency  relatif sangat ringan misalnya terjadi  sembab  atau infeksi pada organ yang disuntik dengan alat tsb. Dalam beberapa hari  gejala tersebut akan hilang.
Dr. Soekirman Soekin, SpTHT
Dokter Spesialis THT RS Mitra Kemayoran, Jakarta

PENANGGULANGAN SINUSITIS & PENYAKIT SINUS PARANASAL LAINNYA - OPERASI FESS


Apakah FESS itu ?
FESS adalah singkatan dari Functional Endoskopic Sinus Surgery, atau  Bedah Endoskopi Sinus Fungsional, adalah bedah sinus   yang dilakukan dengan penggunaan alat endoskopi dengan tujuan melakukan eradikasi penyakit, memperbaiki pengudaraan (aerasi) dan  drainase sinus dengan prinsip mempertahan fungsi sinus secara fisiologis.
Penggunaan endoskopi  tujuannya adalah untuk mendapatkan pandangan yang jelas dan akurat organ  sinus paranasal sehingga ahli THT-KL akan dapat bekerja lebih akurat, jelas dan dapat  mengangkat kelainan sinus saja tanpa merusak jarungan yang sehat dan masih  perlu dipertahankan secara fungsional. Operasi FESS ini dapat dimasukkan dalam kategori operasi Minimal Invasif, yaitu operasi yang seminimal mungkin merusak jaringan sehat  untuk eradikasi penyakitnya dan mempertahankan fungsi organ yang dioperasi semaksimal mungkin.
Keuntungan yang didapat bagi pasien adalah  waktu rawat yang lebih singkat, bahkan hanya perlu rawat sehari saja, perdarahan yang terjadi sangat minimal, rasa nyeri juga lebih ringan,  dan pasien  masih dapat melakukan aktivitas  rutin yang ringan  tanpa  terganggu.
Apa Indikasi dan Kontra Indikasi FESS Itu ?
Indikasi FESS
FESS paling banyak untuk penanggulangan Sinusitis Menahun (Rinosinustis Kronik) yang sebelumnya telah mendapatkan pengobatan konservatif selama 2- 3 bulan, kecuali sinusitis yang mengalami komplakasi perlu pertimbangan lain untuk melakukan FESS lebih awal.
Pengobatan sinusitis secara konservatif adalah antibiotika yang tepat , kortikosteroid oral atau topikal, cuci hidung dengan air garam fisiologis, antialergi, dan atau fisioterapi. Diagnosis sinusitis harus ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang endoskopi dan CT  Scan. Foto Rontgen  sinus ikhtisar  kurang dianjurkan untuk penunjang diagnosis sinusitis. Sinusitis dapat disertai dengan adanya  polip hidung (Nasal polyp).Perlu diperhatikan sinusitis pada anak  harus lebih hati-hati untuk pertimbangan operasi FESS, sebaiknya pengobatan konservatif  lebih dutamakan kecuali adanya komplikasi pada sinutis kroniknya.
FESS dapat  untuk penanggulangan tumor hidung baik jinak atau ganas. Secara endoskopi dapat  untuk operasi koreksi sekat hidung yang bengkok (septum deviasi), operasi memperkecil turbin hidung (konka hipertrofi) pengangkatan adenoid dsbnya.
Kontra Indikasi FESS
FESS  tidak dianjurkan pada pasien dengan penyakit kelainan darah (lekemia,anemi dsb) sehingga dikhawatirkan  akan menimbulkan perdarahan yang  yang sulit diatasi. Pasien yang mengkonsumsi obat-obat anti-koagulasi (golongan salisilat) sebaiknya sudah menghentikan konsumsi obat tsb  6-8 hari sebelum operasi. Pasien dengan penyakit sistemik kronik sebaiknya sangat dipertimbangkan untuk dengan hati-hati untuk dilakukan FESS.
FESS tidak dianjurkan pada sinusitis akut, kecuali terjadi komplikasi sinusitis berat dan setelah pengobatan koservatif yang adekwat.
Bagaimana Operasi FESS Dilakukan ?
FESS akan dapat berhasil dengan baik bila adanya persiapan pra bedah yang baik, tindakan bedahnya dengan sarana dan penunjangnya yang lengkap, dan perawatan pasca bedah yang teratur dan secara rutin.
Persiapan prabedah adalah adanya penentuan waktu yang tepat sesudah pengobatan konervatif yang adekwat,  serentatan pemeriksaan pra bedah seperti pemeriksaan laboratorium, foto Rontgen  paru, pemeriksaan jantung atau penyakit dalam untuk usia lebih dari 40 tahun, serta mengawasi  konsumsi obat-obat yang dapat mempengaruhi proses bedah atau biusnya.
Operasi dilakukan melalui lubang hidung dengan bantuan alat endoskopi sehingga rongga hidung dan sinus dapat dilihat dengan detail dan jelas. Pertama kali dokter THT-KL akan mengecek semua lobang sinus secara teliti. Dimulai dengan sinus maksila, etmoid, sfenoid dan frontal tergatung dari kelainan yang ditemukan.
Bila penyakitnya tidak terlalu berat maka perdarahan dapat diatasi dengan baik,  dokter akan menutup sinus dengan bahan tampon ringan pada sinus yang dioperasi. Selesai operasi  pasien masih dapat bernapas melalui lubang hidung dengan baik.
Dengan alat endoskopi tsb dokter akan membuang semua jaringan yang patologis, seperti polip, mukosa yang menebal, tumor dst, dengan tetap mempertahankan jaringan sehat. Lubang sinus yang tersumbat diperlebar, cairan didalam sinus seperti  nanah atau cairan lendir lainya akan dibersihkan, sehingga sinus akan mendapat aerasi dan drainase kembali normal.
Tindakan bedah ini dapat dilakukan dengan bius lokal dan penenang (obat tidur) atau lebih populer dengan bius total dengan sistem hipotensi sehingga perdarahan akan sangat minimal. Pasien setelah dioperasi akan diobservasi selama 6-8 jam bila tidak ada keluhan paska bedah  yang serius pasien dapat berobat jalan. Bila khawatir dapat berada dirumah sakit  1-2 hari paska bedah.
Paska bedah, perlu perawatan yang teliti dan secara rutin. Tampon hidung biasanya akan diangkat sesudah 2-3 hari paska bedah. Setelah itu pada hari-hari berikutnya akan dilakukan pencucian rongga hidung dan sinus secara rutin sesuai dengan petunjuk dokter.
Kontrol paska bedah ini  sebaiknya dilakukan dengan endoskopi juga, sampai mukosa rongga hidung dan sinus menjadi normal kembali
Apakah Komplikasi (Penyulit) Operasi FESS ?
Komplikasi (penyulit) yang mungkin  adalah perdarahan selama atau sesudah operasi, hal ini dapat dihindari bila persiapannya pra bedah dijalan dengan baik. Perdarahan ringan dapat diatasi dengan obat-obatan saja. Perdarahan sedang atau berat biasanya dilakukan tampon hidung ulang. Perdarahan dapat menjalar ke bola mata sehingga terlihat bola mata lebih menonjol. Penglihatan ganda  atau juling.  Biasanya dalam beberapa hari akan menghilang.
Infeksi dapat terjadi sesudah operasi, untuk menghindari sebaiknya diketahui pola kuman infeksi awalnya, dan menetapkan antibiotik yang sesuai dengan hasil rekomendasi kumannya dan dosis yang tepat.
Walaupun sangat jarang terjadi komplikasi lain adalah kebutaan karena mengenai saraf mata (saraf optikus) kebocoran cairan otak, radang otak, atau perdarahan berat karena mengenai arteria besar (Arteria karotis).
Semua komplikasi diatas dapat dihindari dengan persiapan, pelaksanaan dan perawatan operasi yang baik. Sebaiknya pasien datang ke dokter tidak dalam keadaan parah dan kondisi fisik yang lemah sehingga tindakan apapun  akan membawa resiko komplikasi yang lebih berat  dan sulit untuk diatasi.
Kesimpulan :
FESS  adalah suatu teknik operasi endoskopi secara minimal invasif dengan tujuan eradikasi penyakit, memperbaiki aerasi dan drainase  sinus paranasal pada kelainan sinus baik karena peradangan  kronik, polip, atau tumor.
Operasi untuk mengurangi penderitaan pasien dan mengurangi waktu rawat dan memberikan peluang pasien dapat beraktifitas seperti biasanya.
Dr. Soekirman Soekin, SpTHT
Dokter Spesialis THT RS Mitra Kemayoran Jakarta

KEPIKUNAN (DEMENSIA)


Meningkatnya usia harapan hidup karena kemajuan ilmu kesehatan, maka jumlah penduduk usia lanjut meningkat. Dengan bertambah usia, tubuh mengalami proses penuaan termasuk otak akan mengalami perubahaan fungsi intelektual, berupa sulit mengingat kembali, berkurangnya kemampuan dalam mengambil keputusan dan bertindak lebih lamban.
Ada kondisi normal yang disebut mudah lupa (forgetfulness) yang banyak ditemukan pada warga usia lanjut yang timbul secara fisiologis. Kondisi yang terletak antara mudah lupa yang fisiologis dan demensia Alzheimer yang patologis disebut Gangguan kognitif ringan atau Mild Cognitive Impairment (MCI).
Dua jenis demensia yang paling umum adalah Demensia Multi Infark yang disebabkan karena stroke berulang dan Demensia Alzheimer atau kombinasi keduanya. Penyebab dari kepikunan yang lain adalah disebabkan karena faktor organik seperti kekurangan vitamin, infeksi, keracunan obat, cedera/trauma kepala atau depresi.
Mudah lupa (forgetfulness)
Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori mulai menurun secara wajar.
Ciri-ciri mudah lupa :
1. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya.
2. Terdapat gangguan dalam mengingat kembali (recall).
3. Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan dalam memori (retrieval).
4. Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi isyarat (cue).
5. Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan namanya.
Gangguan kognitif ringan atau Mild Cognitive Impairment (MCI)
Pada umumnya diagnosa gangguan kognitif ringan dibuat apabila pada seseorang ditemukan kriteria berikut ini ;
1. Ada gangguan memori
2. Gangguan memori abnormal untuk usia dan pendidikan
3. Aktivitas sehari-hari normal
4. Fungsi kognisi umum normal
5. Tidak ada demensia
Penderita gangguan kognitif ringan terutama mengalami gangguan memori jangka pendek (recent memory). Mereka masih mampu berfungsi normal dalam kehidupan sehari – hari, mampu memperoleh kemampuan kognisi (seperti berfikir, pemahaman dan membuat keputusan).
Usia lanjut diatas 65 tahun beresiko tinggi untuk mengalami kepikunan. Gejala demensia yang umum, ialah berupa gangguan daya ingat (memori), gangguan prilaku dan berkurangnya kemampuan berfungsi sehari-hari. Bila gejala ini tidak ditanggulangi secara dini, maka gejala – gejalanya akan cepat memburuk.
Orang dikatakan demensia atau kepikunan bila menunjukan tiga atau lebih dari gejala-gejala berupa gangguan dalam : perhatian (atensi), daya ingat (memori), orientasi tempat dan waktu, kemampuan konstruksi dan eksekusi (seperti mengambil keputusan, memecahkan masalah). Gejala-gejala tersebut dapat disertai gejala gangguan emosi, cemas, depresi dan agresivitas.
Demensia Alzheimer
Definisi kepikunan adalah gangguan intelektual dan kemampuan kognitif yang progresif dan cukup mengganggu penampilan sosial dan pekerjaan. Gejala kepikunan pada penyakit Alzheimer adalah akibat proses degeneratif yang menyebabkan kematian sel-sel neuron di korteks serebral.
Penanganan Mudah Lupa dan Kepikunan
Mudah Lupa :
Gejala mudah lupa yang sering dikeluhkan adalah lupa menaruh benda (kunci, kaca mata, dll), lupa nama orang, lupa wajah orang. Penanganannya berupa : Latihan mengingat, mengulang, memperhatikan dan mengasosiasikan.
Gangguan Kognitif Ringan ;
Gejala ini merupakan perantara antara normal dan pikun, maka perlu diberikan pelatihan “direct retraining” yaitu latihan praktis yang diulang atau memberikan strategi bagaimana mengingat informasi yang diberikan.
Kepikunan :
Dapat diberikan obat-obatan untuk memperlambat proses keparahan, atau pemberian obat pada penyakit yang mendasarinya.
Dr. S. Metta Yani, SpS
Dokter Spesialis Saraf RS. Mitra Kemayoran Jakarta

MRI - MAGNETIC RESONANCE IMAGING


Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan salah satu alat kedokteran mutakhir yang digunakan untuk pemeriksaan diagnostik radiologi.
MRI dapat menghasilkan gambar potongan penampang tubuh / organ manusia serta menunjukkan perbedaan antar organ yang sangat jelas dengan resolusi yang tinggi serta lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh. Organ-organ tubuh seperti otak, tulang belakang dengan susunan sarafnya serta persendian seperti pada keadaan cedera lutut maupun cedera sendi bahu dapat lebih detil tergambarkan dengan menggunakan pemeriksaan MRI. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan dengan MRI yaitu evaluasi anatomi dan kelainan dalam rongga dada, payudara, organ-organ dalam perut, payudara, pembuluh darah dan jantung.
MRI tidak menggunakan radiasi sinar X ataupun bahan radioaktif, melainkan menggunakan medan magnet kuat yang mengelilingi tubuh. Dengan menggunakan teknik ini, MRI tidak menimbulkan sakit atau kerusakan jaringan akibat efek radiasi atau lainnya. Bahkan dengan kemajuan teknologi MRI saat ini, kebutuhan untuk penggunaan media kontras dapat dikurangi untuk sebagian besar pemeriksaan MRI.

NYERI SENDI - MENGATASI NYERI SENDI ANGGOTA GERAK BAWAH


Apakah Nyeri itu ?
Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan respons emosional terhadap stimulus yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan.
Nyeri selalu merupakan pengalaman subyektif, dan mempunyai satu dan hanya satu fungsi yaitu mengingatkan kita akan bahaya.
Apakah Penyebab Nyeri Sendi Anggota Gerak Bawah ?
Nyeri sendi dapat disebabkan oleh peradangan, cedera, patah tulang, proses degenerative, gangguan suplai pembuluh darah dan lain-lain.
Apakah Nyeri Sendi Anggota Gerak Bawah Hanya Berasal dari Kerusakan Struktur Tulang saja ?
Nyeri sendi anggota gerak bawah dapat berasal dari kerusakan struktur jaringan sendi itu sendiri yaitu tulang rawan sendi, sinovial (pembungkus sendi), meniskus (bantalan sendi), ligamen (jaringan pengikat sendi), dan tendon (otot yang menempel di tulang). Bahkan nyeri yang dirasakan di sendi tersebut juga dapat merupakan nyeri rujukan dari tempat lain.
Apa Tujuan Penanganan Nyeri Sendi Anggota Gerak Bawah ?
Tujuannya adalah mengembalikan status fungsional penderita ke level yang optimal sehingga penderita dapat melakukan aktifitas sehari-harinya dengan keterbatasannya akibat nyeri dan keterbatasan fisiknya.
Apa Penanganan Nyeri Sendi Anggota Gerak Bawah Cukup Dengan Pemberian Obat ?
Penanganan rehabilitasi nyeri sendi anggota gerak bawah juga memperhatikan anatomi dan problem biomekanik tubuh, tidak hanya pada sendi yang sakit, tetapi juga melihat secara keseluruhan baik dari sendi panggul, paha, sendi lutut, betis, sendi pergelangan kaki dan kaki, bahkan keseluruhan tubuh termasuk tungkai sisi yang satunya, kesimetrisan bahu dan tulang belakang, baik secara statis dan dinamis, seperti saat berdiri, berjalan, naik tangga atau melakukan aktifitas fisik lainnya.
”Disfungsi akan menyebabkan disfungsi”. Jadi, tanpa memperhatikan hal tersebut di atas, pengobatan atau tindakan apapun yang diberikan (termasuk penderita yang telah menjalani operasi), maka keberhasilan terapi tidak akan tercapai, dikemudian hari nyeri akan terulang bahkan dapat menimbulkan disfungsi di struktur atau organ lain.
Bagaimana dengan Tes Diagnostik ?
Tes diagnostik seperti pemeriksaan rontgen, MRI dll, harus selalu didasarkan pada penemuan klinik. Jangan mengulang pemeriksaan yang telah dialkukan, kecuali memang bermanfaat. Interpretasi hasil pemeriksaan diagnostik harus ada relevansinya dengan riwayat klinis dan pemeriksaan fisik. Jadi jangan meyebutkan penyakitnya berdasarkan foto rontgen atau MRI.
Apa Yang Harus Dilakukan Saat Nyeri Sendi Anggota Gerak Bawah Fase Akut ?
Penanganan fase akut ditujukan untuk meminimalkan efek peradangan dan mengontrol nyeri, dengan mengikuti prinsip PRICE (Protection, Relative rest, Ice, Compression, Elevation).  Dapat diberikan obat anti radang dan terap dingin.
Terapi nyeri dengan transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) atau Interferential, akan sangat bermanfaat jika memperhatikan metode pemberian stimulasi, parameter, arus kelistrikan yang digunakan yang disesuaikan dengan kondisi nyeri dan patofisiologi nyerinya. Proteksi sendi disesuaikan dengan kondisi patologis yang terjadi. Contoh : pada kasus cedera jaringan pengikat lutut (MCL), proteksi sendi dilakukan dalam posisi lutut menekuk 20-30°, pada kasus memar otot  paha depan, proteksi dilakukan dengan lutut menekuk sesuai toleransi maksimal.
Bagaimana Dengan Pemberian Modalitas Terapi Lainnya ?
Modalitas terapi lainnya seperti ultrasound diathermy, short wave diathermy, low level laser diberikan sesuai indikasi dan kontraindikasi, dengan memperhatikan biofisika peralatan dan geometri jaringan tubuh. Kegunaan modalitas tersebut antara lailn untuk membantu penyembuhan jaringan tubuh. Kegunaan modalitas tersebut antara lain untuk membantu penyembuhan jaringan, mengurangi nyeri, mengurangi perlengketan jaringan dan melenturkan jaringan.
Bagaimana Dengan Program Latihan Fisik ?
Program latihan fisik yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi penyakitnya, diberikan dengan cara yang benar dan dosis yang benar dengan memperhatikan kinesiologi dan biomekanika tubuh.
Pertama, rehabilitasi ditujukan untuk mengembalikan gerakan sendi dan fleksibilitas serta mengidentifikasi ketidakseimbangan biomekanik yang masih dapat dikoreksi. Latihan peregangan bertujuan untuk mengembalikan jaringan lunak termasuk otot dan tendon ke panjang yang normal dan dilakukan sebatas nyeri dan harus denga tehnik yang tepat. Terapi manipulasi dan pemijatan friction juga membantu melepaskan perlengketan jaringan.
Selanjutnya, rehabilitasi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan biomekanik, yang bertujuan untuk mengembangkan gerakan dan kekuatan secara simetris.
Latihan penguatan otot dapat diberikan dengan beberapa cara yang harus disesuaikan dengan kondisi patologis  yang mendasarinya dan tidak membebani sendi secara berlebihan. Latihan penguatan otot dapat berupa isometrik, isotonik, konsentrik dan eksentrik. Latihan penguatan otot secara eksentrik mulai dilakukan jika pasien bebas nyeri dan kekuatan konsentrik hampir tercapai penuh.
Latihan penguatan otot secara konsentrik dan eksentrik secara progresif harus dilakukan dengan hati-hati, gerakannya secara halus tanpa substitusi otot lain. Harus dihindari latihan penguatan otot secara eksentrik dengan beban maksimal ataupun supramaksimal.
Latihan ”Closed Kinetic Chain” adalah latihan yang menguatkan otot agonis dan antagonis secara bersamaan dan merupakan latihan yang lebih fisiologi untuk anggota gerak bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mencegah berlanjutnya cedera, harus diperhatikan pada sudut sendi berapa latihan tersebut dilakukan.
Latihan berjalan diajarkan sesuai dengan pola jalan yang normal, pertama dengan alat bantu kemudian bertahap sampai tanpa alat bantu.
Bagaimana Dengan Alat Bantu Jalan atau Ortotik Lainnya ?
Alat bantu jalan seperti cane, cruth, walker digunakan untuk mengurangi beban tekanan pada sendi. Sepatu dengan alas khusus dan alat penyanggah sendi (korset, brace) diberikan untuk mengoreksi ketidakseimbangan biomekanik yang tidak dapat dikoreksi oleh program peregangan dan penguatan yang spesifik.
Bagaimana Dengan Latihan Kebugaran dan Aktifitas Fungsional Sehari-hari ?
Latihan kebugaran umum disesuaikan dengan kondisi yang ada dan dilakukan dengan cara dan dosis yang tepat. Dianjurkan latihan berjalan di dalam air, karena dengan adanya daya apaung air beban tekanan di sendi akan berkurang.
Pengembalian ke aktifitas fungsional sehari-hari yang normal dilakukan dengan memakai prinsip. Aktifitas yang akan dikerjakan harus disetujui oleh penderita dan merupakan aktifitas yang penting bagi mereka, menganalisa pekerjaan untuk penyesesuaian aktifitas, konservasi energi, aktifitas fungsional yang dilakukan dimulai perlahan-lahan dan ditingkatkan secara bertahap, serta membuat catatan aktifitas untuk memonitor kemajuan.
Bagaimana Dengan Faktor Psikososial ?
Kadang penderita dengan nyeri sendi kronis, menunjukkan ”pain Behaviour”, dimana pembicaraannya sering terfokus pada nyeri, terapi dan keterbatasan fisik yang berhubungan dengan nyerinya.
Dengan berlalunya waktu, anggota keluarga pun akan mengubah tingkah lakunya dalam mengadaptasi nyeri kronis penderita. Anggota keluarga akan memberikan perhatian yang kurang atau berlebihan terhadap keluhan nyeri penderita, mengambil alih pekerjaan rumah penderita, sehingga ”Secara Tidak Sadar” keluarga akan menambah problem ”pain behaviour” penderita.
Tidak jarang pula, penderita mengambil sikap ”Secondary Gain (Mengambil Keuntungan) baik secara psikososial dan ekonomi.
”Behavioral Modifer”  / ”Cognitive Behavioral Approach” berguna untuk pasien dengan nyeri kronis. Prinsipnya adalah mengubah pikiran dan tingkah laku seseorang untuk memperbaiki penyesuaian dirinya terhadap nyeri. Dalam hal ini diperlukan kemauan penderita untuk ”Siap untuk Berubah”
Kesimpulan
Keberhasilan penanganan nyeri sendi anggota gerak bawah tergantung dari diagnosis dan program rehabilitasi yangtepat, serta dipahami oleh penderita dan keluarganya.
Dr. Satrio Tjondro, SpKFR
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
RS Mitra Kemayoran

PENYAKIT DAN KELAINAN TULANG BELAKANG


Kesehatan tulang belakang yang baik sangat diperlukan untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Gangguan kesehatan tulang belakang dapat mengganggu aktifitas sehari-hari dan melakukan aktifitas sehari-hari dengan cara yang salah juga dapat mengganggu kesehatan tulang belakang.
Berbicara kesehatan tulang belakang tidak hanya dilihat dari tulangnya saja, tetapi dilihat dari tulang belakang berikut sendinya; lengkungan / kurva tulang belakang; bantalan sendi (diskus intervertebralis); otot dan jaringan pengikat (ligamen) serta jaringan saraf yang berhubungan dengan tulang belakang.
Gangguan kesehatan tulang belakang yang terjadi dapat berupa gangguan yang berhubungan dengan kurva tulang belakang (kifosis, lordosis lumbal yang berlebihan, skoliosis); gangguan yang berhubungan dengan tulang dan sendi (osteoarthrosis, osteoporosis, patah tulang, spondilolistesis, sindroma faset); gangguan yang berhubungan dengan bantalan sendi dan saraf (hernia nukleus pulposus / HNP, iritasi radiks, spinal stenosis); gangguan yang berhubungan dengan ligamen (sprain ligamen interspinosus, sindroma sakroiliaka) dan gangguan yang berhubungan dengan otot (nyeri “myofascial”).
Kesehatan tulang belakang yang dibahas saat ini adalah kesehatan tulang belakang yang berhubungan dengan biomekanika tubuh.
Gejala dan tanda klinis gangguan kesehatan tulang belakang yang terjadi dapat dari “tanpa gejala / asimptomatik” sampai dengan yang menimbulkan gejala ringan sampai berat.
Gejala dan tanda klinis yang ditimbulkan dapat berupa nyeri tengkuk/leher, nyeri punggung atas, nyeri punggung tengah dan nyeri punggung bawah yang dapat disertai atau tanpa disertai nyeri rujukan ke anggota gerak atau nyeri kepala; kesemutan pada anggota gerak; kelemahan bahkan kelumpuhan anggota gerak; kelainan bentuk tubuh; ataupun gejala lainnya seperti vertigo, gangguan pernafasan, gangguan berkemih dan lain-lain.
Deteksi dini gangguan kesehatan tulang belakang sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang belakang.
Deteksi dini dapat dilakukan dengan mengetahui riwayat gangguan tulang belakang pada keluarga; melakukan pemeriksaan fisik yang baik dan benar secara rutin; melakukan pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan pemeriksaan kepadatan massa tulang (Bone Densitometri) sesuai indikasi.
Tetapi yang sangat perlu diingat adalah pemeriksaan diagnostik tersebut harus selalu didasarkan pada penemuan klinik, dan jangan mengulang pemeriksaan yang telah dilakukan, kecuali memang bermanfaat. Interpretasi hasil pemeriksaan diagnostik juga harus ada relevansinya dengan riwayat klinis dan pemeriksaan fisik. Jadi jangan menyebutkan penyakitnya hanya berdasarkan foto rontgen atau MRI.
Jadi secara dini kenalilah apakah ada kelainan/ gangguan pada tulang belakang dan jika ditemukan kelainan/gangguan, maka segeralah menemukan, mengoreksi atau mengobati faktor penyebabnya.
Berikut beberapa hal pola hidup sehat yang dapat diperhatikan untuk menjaga kesehatan tulang belakang yaitu sejak awal koreksilah faktor biomekanika tubuh yang salah; lakukanlah aktifitas sehari-hari dengan cara yang baik dan benar dengan memperhatikan biomekanika tubuh baik saat posisi statis dan dinamis seperti saat berbaring, duduk, berdiri, berjalan, mengangkat beban atau melakukan aktifitas fisik lainnya; hindarilah posisi statik dalam waktu lama;  saat melakukan aktifitas hindarilah penggunaan tenaga yang berlebihan atau tak terkontrol; maksimalkanlah puncak kepadatan massa tulang selama massa pertumbuhan; jagalah kepadatan massa tulang; jagalah kekuatan dan kelenturan baik otot, jaringan pengikat (ligamen) dan bantalan sendi tulang belakang dengan melakukan latihan fisik / olahraga secara benar dan teratur; jangan menggunakan sepatu dengan hak tinggi; pakailah sepatu beralas karet; hindarilah penggunaan obat dengan efek mengantuk atau mengganggu keseimbangan; kalau memang diperlukan pergunakanlah kacamata, alat bantu dengar dan tongkat sesuai kebutuhan.
Untuk menjaga kesehatan tulang belakang selain memperhatikan biomekanika tulang belakang, juga harus memperhatikan biomekanika tubuh secara keseluruhan baik termasuk anggota gerak atas dan bawah, karena “disfungsi akan menyebabkan disfungsi”. Jadi, tanpa memperhatikan faktor biomekanika tubuh secara keseluruhan,  penanganan atau tindakan apapun termasuk operasi, maka keberhasilan penanganan tidak akan tercapai, dikemudian hari akan terulang lagi bahkan dapat menimbulkan disfungsi di struktur atau organ lain.
Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dapat berupa perasaan sakit yang tertusuk, perih, rasa sayatan, berdenyut, rasa terbakar dan lain-lain stimulus/rangsangan yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu respon emosional dan pengalaman subyektif dimana setiap orang akan berbeda rasa nyerinya dan mempunyai satu dan hanya satu fungsi yaitu mengingatkan kita akan bahaya.
Nyeri merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh seseorang dengan gangguan pada tulang belakang dan sering mengganggu aktifitas sehari-hari.
Penanganan nyeri yang berhubungan dengan gangguan kesehatan tulang belakang dapat dilakukan dengan mengoreksi faktor biomekanik yang salah; obat-obatan; modulator nyeri; “Behavioral Modifier” (seperti: latihan relaksasi, biofeedback, “guided visual imagery”, terapi musik, hipnosis); berbagai prosedur intervensi (“spray and stretch, injeksi titik triger, akupunktur, blok saraf, radiofrekuensi, operasi) dan penanganan faktor psikososial.
Program latihan fisik yang diberikan untuk menjaga kesehatan tulang belakang harus disesuaikan dengan kondisi yang ada, diberikan dengan cara dan dosis yang benar dengan memperhatikan kinesiologi dan biomekanika tubuh.
Program latihan fisik yang diberikan dapat berupa latihan khusus otot punggung seperti latihan metode Egoscue dan latihan skoliosis; latihan penguatan otot abdomen dan anggota gerak, latihan kelenturan, latihan koordinasi, latihan pola jalan yang benar, latihan pernafasan dalam dan latihan kebugaran.
Pada seseorang dengan osteoporosis, latihan fisik harus mempunyai unsur pembebanan pada tubuh atau anggota gerak dan penekanan pada aksis tulang (latihan Weight Bearing). Umumnya direkomendasikan latihan erobik intensitas rendah seperti berjalan, jogging dan berdansa.
Olahraga berjalan adalah latihan yang sangat bermanfaat karena merupakan kombinasi rangsangan mekanik pada tulang belakang dan tulang anggota gerak bawah serta kontraksi intermiten otot-otot tubuh bagian belakang dan otot anggota gerak bawah . Dianjurkan olahraga jalan dilakukan 3-5 kali seminggu dengan durasi 30 menit persesi. Olahraga jalan dapat ditingkatkan dengan jarak yang lebih jauh dengan waktu tetap, yang sebaiknya dimonitor berdasarkan panduan dokter.
Walaupun berenang tidak terbukti memperbaiki densitas tulang, tapi berguna untuk mengembangkan rongga dada, ekstensi tulang belakang serta kebugaran jantung dan pernafasan.
Latihan pada seorang usia lanjut harus direncanakan dengan seksama dan hati-hati, sangat memperhitungkan manfaat dari latihan tersebut dan memperhatikan kondisi umum baik struktural maupun fungsional. Program latihan yang didemonstrasikan di televisi atau klub kebugaran mungkin kurang cocok, terutama bila disertai gerakan melompat.
Latihan membungkuk ke depan juga harus dihindari untuk pasien yang mempunyai risiko osteoporosis karena menambah kecenderungan tulang belakang patah.
Koreksi problem biomekanika tulang belakang dapat mempergunakan alat penyanggah tulang belakang seperti korset, brace khusus yang diberikan untuk mengoreksi ketidakseimbangan biomekanik yang tidak dapat dikoreksi oleh program peregangan dan penguatan yang spesifik.
Alat bantu jalan seperti cane, walker, sepatu dengan alas khusus digunakan untuk mengurangi beban tekanan pada sendi.
Aktivitas kegiatan sehari-hari yang dilakukan seringkali juga dapat menambah problem yang ada bahkan  menambah kecenderungan  patah tulang akibat jatuh.
Meningkatkan keamanan dalam rumah atau lingkungan pekerjaan merupakan bagian dari program pencegahan, seperti pengaturan susunan peralatan rumah tangga atau lingkungan pekerjaan secara ergonomis, menghindari penggunaan barang yang dapat menggangu kebebasan berlangkah (karpet, meja beroda dll); pemakaian pegangan pada tangga; pencahayaan cukup, menggunakan lampu malam di kamar tidur dan kamar mandi; kamar mandi dilengkapi dengan pegangan dinding dan karpet antislip; segera bersihkan dan keringkan ubin yang  basah dan lain-lain.
Dr. Satrio Tjondro, SpKFR
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
RS Mitra Kemayoran