Kurang gizi masih merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia dan merupakan penyakit defisiensi gizi yang paling umum dijumpai di dunia dan sama halnya kota Surakarta (Ismawati, 2007). Kejadian kurang gizi ini umumnya terjadi pada bayi dan balita. Sebenarnya, pemerintah telah berupaya menangani kejadian kurang gizi, salah satunya adalah dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Namun program ini sepertinya kurang maksimal (tidak berkelanjutan dan kurang menyeluruh) sehingga kejadian kurang gizi masih merebak dibeberapa wilayah daerah. Oleh karena itu, perlu diupayakan pengadaan makanan alternatif yang dapat meningkatkan derajat status gizi anak. Berbagai makanan alternatif biasanya terbuat dari bahan utama terigu, telur dan susu yang harganya relatif mahal. Hal ini jelas menjadikan beban bagi keluarga, karena pada umumnya penderita kurang gizi berasal dari keluarga kurang mampi. Keadaan kuang gizi dapat berpengaruh terhadap beberapa organ misalnya sistem pernafasan, sistem hematologik dan terlebih pada organ pencernaan. Suatu contoh yang menggambarkan kelainan pada organ pencernaan adalah adanya lactosa intolerans sehingga jika anak diberikan susu sapi justru akan membahayakan sistem pencernaan (Arisman,2004).
Tempe dan bekatul merupakan bahan makanan tradisional Indonesia yang harganya relatif murah dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Beberapa studi klinis menunjukkan bahwa kualitas nilai gizi tempe dan bekatul kaya akan mineral seng yang bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan dan dapat memperbaiki kekebalan tubuh pada penderita kurang gizi terhadap penyakit infeksi. Sedangkan percobaan menggunakan tikus menunjukkan bahwa bekatul yang telah difermentasi mempunyai aktifitas biologi dan meningkatkan aktifitas makrofage dan sistem kekebalan tubuh (Dull, 2001).
Oleh karena itu, bahan makanan ini cocok dikonsumsi oleh penderita kurang gizi, yang secara klinis mempunyai kelainan sistem pencernaan dan rentan terhadap infeksi. Sejauh ini pengolahan tempe masih sebatas lauk yang pengolahannya kurang variasi, terlebih bekatul yang kebanyakan orang menganggap bahwa
bahan makanan ini hanya merupakan makanan ternak. Sebenarnya berdasarkan Ismawati (2000) menyatakan bahwa kedua jenis bahan makanan ini kaya akan zat gizi dan dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan
biskuit, dengan rasa yang lebih enak dan tanpa mengurangi kandungan gizinya. Potensi bahan makanan tempe bekatul dapat dijadikan makanan alternatif bagi balita kurang gizi dan telah dibuktikan oleh Sarbini,dkk (2007).
Namun toko-toko makanan khususnya di wilayah Surakarta belum ada yang menyediakan biskuit ini tempe bekatul ini. Dengan terobasan baru di bidang kewirausahan, kami selaku mahasiswa gizi berusaha untuk menciptakan inovasi baru bagi pengusaha roti kering/biskuit untuk membuat biskuit tempe bekatul. Melihat dari harga tempe dan bekatul yang relatif murah, maka diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih jika dibandingkan dengan usaha biskuit biasa yang bahan utamanya menggunakan gandum yang harganya relatif mahal. Prospek kewirausahaan ini, penulis bekerja sama dengan produsen pembuat biskuit “Raos Eco” di wilayah Polokarto Sukoharjo yang dikelola oleh ibu Sudarnik. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa produsen roti berskala rumah tangga ini cukup mempunyai prospek kedepan yang cerah karena sudah mempunyai pelanggan yang cukup banyak, peralatan yang memadai, serta jumlah tenaga kerja yang cukup banyak dan trampil. Terdapat kelemahan pada perusahaan ini karena walaupun jenis produksinya cukup banyak namun bahan utama yang digunakan disamping mahal juga kurang variatif, yaitu hanya meliputi tepung terigu, telur dan susu. Untuk itu, diharapkan dengan adanya sumbangan ide dari penulis dapat menambah variasi hasil produksi dan dapat menambah keuntungan. Target pemasaran usaha pembuatan biskuit ini adalah
di beberapa toko roti/biskuit dan supermarket di wilayah Surakarta.
II. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
Berdasarkan data DINKES propinsi Jawa Tengah (2005), kota Surakarta masih terdapat 1,77% anak dengan status gizi buruk dan 13.12% anak dengan status gizi kurang. Sebagian besar adalah bayi/balita yang berasal keluarga kurang mampu. Dari data tersebut mencerminkan bahwa anak-anak di wilayah Surakarta masih membutuhkan perhatian yang serius mengenai keadaan status gizinya.
bahan makanan ini hanya merupakan makanan ternak. Sebenarnya berdasarkan Ismawati (2000) menyatakan bahwa kedua jenis bahan makanan ini kaya akan zat gizi dan dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan
biskuit, dengan rasa yang lebih enak dan tanpa mengurangi kandungan gizinya. Potensi bahan makanan tempe bekatul dapat dijadikan makanan alternatif bagi balita kurang gizi dan telah dibuktikan oleh Sarbini,dkk (2007).
Namun toko-toko makanan khususnya di wilayah Surakarta belum ada yang menyediakan biskuit ini tempe bekatul ini. Dengan terobasan baru di bidang kewirausahan, kami selaku mahasiswa gizi berusaha untuk menciptakan inovasi baru bagi pengusaha roti kering/biskuit untuk membuat biskuit tempe bekatul. Melihat dari harga tempe dan bekatul yang relatif murah, maka diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih jika dibandingkan dengan usaha biskuit biasa yang bahan utamanya menggunakan gandum yang harganya relatif mahal. Prospek kewirausahaan ini, penulis bekerja sama dengan produsen pembuat biskuit “Raos Eco” di wilayah Polokarto Sukoharjo yang dikelola oleh ibu Sudarnik. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa produsen roti berskala rumah tangga ini cukup mempunyai prospek kedepan yang cerah karena sudah mempunyai pelanggan yang cukup banyak, peralatan yang memadai, serta jumlah tenaga kerja yang cukup banyak dan trampil. Terdapat kelemahan pada perusahaan ini karena walaupun jenis produksinya cukup banyak namun bahan utama yang digunakan disamping mahal juga kurang variatif, yaitu hanya meliputi tepung terigu, telur dan susu. Untuk itu, diharapkan dengan adanya sumbangan ide dari penulis dapat menambah variasi hasil produksi dan dapat menambah keuntungan. Target pemasaran usaha pembuatan biskuit ini adalah
di beberapa toko roti/biskuit dan supermarket di wilayah Surakarta.
II. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
Berdasarkan data DINKES propinsi Jawa Tengah (2005), kota Surakarta masih terdapat 1,77% anak dengan status gizi buruk dan 13.12% anak dengan status gizi kurang. Sebagian besar adalah bayi/balita yang berasal keluarga kurang mampu. Dari data tersebut mencerminkan bahwa anak-anak di wilayah Surakarta masih membutuhkan perhatian yang serius mengenai keadaan status gizinya.
Pengadaan makanan yang kaya akan nilai gizi dan dengan harga yang terjangkau merupakan salah satu alternatif yang dapat diupayakan untuk menangani hal tersebut. Bahan-bahan makanan yang mempunyi nilai gizi tinggi sudah banyak dijumpai di toko-toko makanan dan supermarket. Namun sejauh ini pengadaan makanan tersebut jarang sekali ditemukan, khususnya di wilayah Surakarta. Kondisi tersebut menarik minat penulis untuk menciptakan terobosan baru mengenai usaha pembuatan biskuit tempe bekatul, yang mempunyai nilai gizi tinggi dan harga yang terjangkau. Pada rencana program ini, penulis akan bekerja sama dengan perusahaan roti ”Raos Eco” dalam menjalankan usaha dan target relasi pemasaran biskuit tempe bekatul. Hal ini berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu jumlah tenaga kerja yang cukup banyak dan terampil, mempunyai pelanggan yang cukup besar dan peralatan membuat biskuit yang memadai. Namun pada umumnya bahan utama yang digunakan pada perusahaan tersebut kurang variatif dan cukup mahal, sehingga diharapkan dari adanya program ini dapat memberikan kreasi makanan baru dengan kualitas yang lebih bagus, dengan bahan yang mudah didapat serta harga terjangkau sehingga diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar. Selain itu juga, cara pembuatan biskuit tempe bekatul cukup mudah dan sederhana, yaitu meliputi proses pencampuran dan pengovenan.
III. METODE PENDEKATAN
A. Tahap I:
Survei pendahuluan/ survei lokasi mitra kerja sama Survei pertama, dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sistematika kerja dari perusahaan roti ”Raos Eco”.
B. Tahap II: percobaan awal
1. Pengadaan bahan yang akan digunakan sebagai percobaan awal pembuatan biskuit tempe bekatul.
2. Proses pembuatan biskuit.
3. Pengemasan
4. Uji kesukaan pada beberapa panelis .
C. Tahap III : usaha pembuatan biskuit
1. Pengadaan bahan-bahan
2. Persiapan alat yang dibutuhkan
3. Proses pembuatan biskuit
4. Pengemasan
5. Penyaluran oleh distributor ke konsumen (pemasaran)
6. Mengevaluasi biskuit yang telah didistribusikan
7. Mengevaluasi laba rugi dari hasil penjualan .
D. Tahap IV
1. Sosialisasi dan pelatihan pembuatan biskuit tempe bekatul pada semuatenaga kerja di perusahaan ”Raos Eco”
2. Sosialisasi dan pelatihan pada masyarakat/ibu-ibu rumah tangga sekitar.
3. Penciptaan lapangan usaha baru baru bagi masyarakat sekitar.
IV. PELAKSANAAN PROGRAM
A. Waktu dan tempat pelaksanaan
1. Waktu
Waktu dalam pelaksanaan program ini adalah mulai bulan Febuari
sampai Juni.
2. Tempat pelaksanaan
a. Uji coba: di laboratorium ITP (Ilmu Teknologi Pangan) FIK, UMS.
b. Pembuatan biskuit: di laboratorium ITP (Ilmu Teknologi Pangan) FIK, UMS dan perusahaan roti ”Raos Eco”
c. Pemasaran : toko– toko biskuit di wilayah Surakarta khususnya di daerah Pabelan.
B. Tahapan pelaksanaan/ jadwal faktual
1. Penggalian sumber pustaka.
2. Uji coba pembuatan biskuit tempe bekatul.
3. Uji coba daya terima konsumen dengan uji organoleptik pada 30 responden
4. Pembuatan biskuit tempe bekatul untuk keperluan penjualan.
5. Pengemasan biskuit tempe bekatul
6. Pemasaran biskuit tempe bekatul
7. Analisis hasil penjualan (analisis laba rugi)
8. Sosialisasi pada tenaga kerja di ”Raos Eco”
C. Pelaksanaan
Program pelaksanaan pembuatan biskuit tempe bekatul adalah dengan uji coba pembuatan biskuit dengan bahan dan komposisi yang pas, proses produksi, pengemasan, pemasaran, analisis laba rugi dan sosialisasi. Uraian kegiatan secara terperinci terlampir.
D. Instrumen pelaksanaan
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini adalah kuesioner untuk mengetahui daya terima masyarakat dan untuk mengetahu daya terima konsumen.
E. Rancangan dan realisasi biaya
Perencanaan dan realisasi dana yang telah dipakai seperti terlampir.
Pembimbing (Ibu Dwi Sarbini, SST, MKes):
081548503872
Salah Satu Brosurnya:
KEMASANNYA:
Foto Pas Jualan Di Manahan Solo:
KARTU NAMANYA
STICKERNYA
FOTO ROTI:
ADA YANG NYIMPEN DOKUMEN YANG LAEN KAH?
BalasHapusATO ADA YANG MAU MENERUSKAN USAHA INI KAH?
BalasHapus